PERTEMUAN 1
Ejaan, Pilihan Kata, Kalimat, dan Paragraf
Secara sederhana, Ejaan sendiri dapat dikatakan sebagai Ucapan namun dalam bentuk tulisan. Dalam bahasa Indonesia sendiri terdapat beberapa aturan dalam penulisan Ejaan. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan Ejaan dalam Bahasa Indonesia.
1. Penulisan Huruf Kapital
Digunakan untuk mengawali kalimat yang baru
Contohnya : Danau itu sangat ramai dikunjungi warga sekitar.
Digunakan untuk menulis yang berkaitan dengan nama Tuhan dan Kitab Suci
Contohnya : Segala sesuatu telah diatur oleh-Nya (Nya mewakilkan Tuhan).
Digunakan dalam penulisan nama orang, gelar, atau keagamaan
Contohnya : Agus Budi, Presiden Soekarno, Sultan Ageng Tirtayasa.
Digunakan dalam penulisan nama jabatan, Kota, Negara, Kabupaten, dsb
Contohnya : Presiden Republik Indonesia, Gubernur DKI Jakarta.
Digunakan dalam penulisan nama lembaga
Contohnya : Universitas Gunadarma, Komisi Penyiaran Indonesia.
Digunakan dalam penulisan nama orang yang diwakilkan dengan kata-kata kekerabatan
Contohnya : Ayah, Ibu, Kakek, Nenek, Kakak, dsb.
2. Penulisan Huruf Tebal
Digunakan dalam penulisan judul buku atau majalah
Contohnya : Pedoman Berbahasa Indonesia , 1001 Fakta Ilmu Psikologi
3. Penulisan Huruf Miring
Digunakan dalam penulisan kata-kata ilmiah
Contohnya : "nama latin dari Gajah Asia adalah elephas maximus"
4. Penulisan Partikel dan Awalan
Partikel dibagi menjadi 2 jenis yaitu yang dirangkaikan (kalimatnya digabungkan) atau tidak dirangkaikan (kalimatnya dipisah).
Untuk yang dirangkaikan terdapat beberapa awalan antara lain :
- Antar- , Contoh : Antarpulau, Antarkota, Antarbangsa
- Maha- , Contoh : Mahasiswa, Mahakuasa, Mahaguru
- Adi- , Contoh : Adikuasa, Adidaya, Adibusana
- Pra- , Contoh : Prasejarah, Prasejahtera, dsb.
Untuk yang tidak dirangkaikan menggunakan awalan Maha- , namun kata sambungnya sudah merupakan kata bentukan dari kata dasar sebelumnya.
Contohnya : Maha Pemurah, Maha Pengasih, Maha Mengetahui.
5. Penulisan Bilangan
Untuk jumlah dalam kalimat percakapan, biasanya bilangan ditulis dengan huruf, namun untuk menyatakan jumlah pasti seperti harga barang biasanya bilangan ditulis dengan angka.
Contoh : "Ibu aku mau membeli lima butir permen" (dengan huruf)
"Total belanjaan bulan ini sebesar Rp. 1.500.000,-" (dengan angka)
Untuk penulisan didalam data atau grafik, bilangan wajib ditulis dengan angka. Apabila disertai dengan huruf biasanya dibatasi dengan tanda kurung.
Contoh : Rp. 250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah)
Untuk penulisan waktu ditulis menggunakan angka dengan format jam.menit.detik, namun untuk detik jarang digunakan dan hanya digunakan pada beberapa materi.
6.Tanda Baca
Tanda titik ( . )
- Digunakan untuk mengakhiri suatu kalimat.
- Digunakan untuk pemisah gelar ( Contoh : S.H , S.E , S.Pd , dll )
- Dalam beberapa artikel diketahui juga digunakan dalam daftar pustaka yang rujukannya menggunakan sistem rujukan tahun dan halaman.
Tanda koma ( , )
- Digunakan sebagai jeda dalam pengucapan kalimat.
- Digunakan untuk kata yang dihubungkan dengan kata tetapi atau namun ataupun melainkan ( Contoh : Dia anak pintar, tetapi sangat angkuh )
- Digunakan sebagai pemisah bermacam-macam kata yang serupa maknanya dalam suatu kalimat ( Contoh : Rotinya ada rasa coklat, vanilla, keju, dan mocca )
- Digunakan sebagai pembatas antara kalimat artikel dengan kalimat langsung ( Contoh : Andik berkata, "Ibu aku mau berangkat ke sekolah").
Tanda titik koma ( ; )
- Digunakan untuk memisahkan kalimat kalimat dalam suatu perincian
- Dalam surat keputusan banyak digunakan untuk membatasi kalimat kalimat yang merupakan bagian dari konsiderasi dan bagian dari isi putusan itu sendiri.
Tanda titik dua ( : )
- Digunakan pada kalimat yang mengandung beberapa anggota atau bagian yang diwakilkan dengan kata " misalnya : "contohnya :", atau "sebagai berikut :"
- Banyak digunakan dalam kalimat berbentuk formula seperti biodata, atau pada surat surat, atau keanggotaan organisasi.
( Contohnya :
Nama :
Kelas :
Jabatan : )
Tanda petik ( " " )
- Digunakan untuk menunjukkan suatu kalimat unik / kata kiasan yang memiliki arti lain dari kalimat sebenarnya
(Contoh : Di dekat rumahku dibangun sekolah "luar biasa" , Hidupnya sebagai "kupu-kupu" malam telah berakhir)
Tanda strip/hubung ( - )
- Digunakan pada kata yang berulang ulang
- Digunakan sebagai pemisah tanggal-bulan-tahun
- Digunakan sebagai penghubung kalimat dengan angka (Contoh : Hari ini hari ulang tahunku ke-23)
- Digunakan sebagai penghubung huruf kapital ke huruf kecil (diluar hukum huruf kapital pada awal kalimat)
(Contoh : Hanya kepada-Nya lah kita patut menyembah)
- Digunakan sebagai kalimat jangkauan atau sampai dengan pada jumlah (Contoh : Tugas minggu ini ada pada halaman 20 - 22)
1. Pengertian
Kata secara sederhana adalah sekumpulan huruf yang mempunyai arti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti tersendiri, yaitu kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. kata juga mengandung arti, sederetan huruf yang diapit dua spasi dan mempunyai arti.
Diksi adalah ketepatan pilihan kata untuk menyatakan sesuatu. Diksi atau pilihan kata pada dasarnya adalah hasil upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alinea, atau wacana. Diksi atau pilihan kata merupakan satu unsur yang sangat penting, baik dalam dunia karang mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari.
Pilihan kata atau Diksi adalah pemilihan kata-kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita ungkapkan. Diksi atau pilihan kata mencakup pengertian kata-kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
1.1 Imbuhan Dari Bahasa Asing
Selain imbuhan yang berasal dari Bahasa Indonesia sendiri (-kan, me-, di- dll), kita juga mengenal imbuhan asing. Imbuhan asing ini sudah diserap dan disesuaikan dengan ejaan yang baku, EYD. Imbuhan yang berasal dari asing itu adalah :
A. SANSEKERTA (-man, -wan, -wati)
a. Imbuhan -man
Ciri :
- Diletakkan pada kata yang berakhir dengan vokal -i
- Menunjukkan laki-laki
- Fungsi : membentuk kata benda
- Makna : orang yang ...
Contoh : seniman, budiman
b. Imbuhan -wan
Ciri :
- Diletakkan pada kata yang berakhir dengan vokal selain -i
- Menunjukkan laki-laki
- Fungsi : membentuk kata benda dan sifat
- Makna : orang yang ...
Contoh : cendekiawan, wartawan
c. Imbuhan -wati
Ciri :
- Sejalan dengan akhiran -wan
- Menunjukkan wanita
- Makna : orang yang ...
Contoh : peragawati, olahragawati
B. ARAB ( -i, -wi, -lah )
Ciri :
- Diletakkan pada kata yang berakhir dengan vokal -a
- Makna : mempunyai sifat
- Fungsi : membentuk kata sifat / kata benda
Contoh : surgawi, duniawi
C. EROPA ( -is, -isme, -isasi )
a. Imbuhan -is
Ciri :
- Berasal dari bahasa belanda
- Makna : "yang bersifat" atau "orang yang... "
- Fungsi : membentuk kata sifat atau kata benda
Contoh : teoritis, aktivis
b. Imbuhan -isme
Ciri :
- Berasal dari bahasa belanda
- Makna : aliran atau paham
- Fungsi : membentuk kata benda
Contoh : komunisme, kapitalisme
c. Imbuhan -isasi
Ciri :
- Berasal dari bahasa inggris
- Makna : proses
- Fungsi : membentuk kata benda
Contoh : urbanisasi, imunisasi
Contoh kata-kata yang berimbuhan asing tersebut adalah :
- seniman (asal kata : seni)
- hartawan (asal kata : harta)
- wartawati (asal kata : warta)
- insani (asal kata : insan)
- duniawi (asal kata : dunia)
- lahirlah (asal kata : lahir)
- praktis (asal kata : praktik)
- materialistis (asal kata : material)
- spesialisasi (asal kata : spesial)
1.2 Upaya PengIndonesiaan
Di dalam upaya pengindonesiaan, memang ada beberapa tahap yang dilakukan. Tahap itu antara lain adalah penerjemahan dan penyerapan. Penerjemahan dilakukan dengan memanfaatkan antara lain, kosakata Bahasa Indonesia sebagai padanannya. Ada pertimbangan dalam penerjemahan itu, yakni ketepatan terjemahan dengan konsepnya. Hal ini penting agar istilah terjemahan itu tidak berbeda dengan konsep istilah asingnya. Caranya dapat dilakukan melalui terjemahan kata perkata (harafiah) ataupun melalui pengalihan konsepnya.
Contoh :
Up grading diterjemahkan secara langsung menjadi penataran. Sementara itu, money lundring diterjemahkan dengan pencucian uang. Istilah ini dalam bahasa asingnya terdiri dari dua unsur, yaitu money "uang" dan undring "pencucian".
1.3 Makna Kata
Kata sebagai satuan dari perbendaharaan kata sebuah bahasa mengandung dua aspek, yaitu aspek bentuk/ekspresi dan isi makna.
Bentuk dan ekspresi adalah segi yang dapat diserap dengan pancaindra, yaitu dengan mendengar atau dengan melihat.
Isi atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan aspek bentuk tadi. Misalnya, ketika ada orang yang berteriak 'Maling!', akan timbul reaksi dalam pikiran kita bahwaa ada seseorang telah berusaha untuk mencuri barang atau milik orang lain. Jadi bentuk /ekspresinya adalah reaksi yang timbul pada orang yang sedang mendengar. Reaksi yang timbul dapat berwujud pengertian atau tindakan bahkan bisa keduanya.
Dalam berkomunikasi terdapat unsur penting dalam mendukung rangkaian kata yaitu :
1. Pengertian, merupakan landasan dasar untuk menyampaikan hal-hal tertentu kepada pendengar atau pembaca dengan mengharapkan reaksi tertentu.
2. Perasaan, lebih mengarah kepada sikap pembicara terhadap apa yang dikatakannya, bertalian dengan nilai rasa terhadap apa yang dikatakan pembicara atau penulis.
3. Nada, mencangkup sikap pembicara atau penulis kepada pendengar atau pembacanya.
4. Tujuan, yaitu efek yang ingin dicapai oleh pembicara atau penulis.
Macam-Macam Makna
Secara umum makna dibedakan atas makna konotatif dan denotatif, penjabarannya sebagai berikut:
Makna Denotatif
Makna denotatif dapat pula disebut sebagai makna denotasional, kognitif, konseptual, ideasional, referensial, dan proposisional dinamakan makna denotasional, referensial, konseptual, atau ideasional karena makna itu menunjuk (denote) pada suatu referen, konsep, atau ide tertentu dari suatu referen. Disebut makna kognitif karena bertalian dengan kesadaran atau pengetahuan, stimulus (dari pihak pembicara) dan respons (dari pihak pendengar) menyangkut hal-hal yang dapat diserap panca indria atau kesadaran dan rasio manusia. Disebut sebagai makna proposisional karena bersifat faktual atau paling dasar pada sebuah kata. Contoh : Rumah itu luasnya 250 meter persegi.
Makna denotatif dapat dibedakan atas dua macam relasi, yaitu : (1) relasi antara sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya, dan (2) relasi antara sebuah kata dan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya. Jadi, pengertian 'kursi' adalah ciri-ciri yang membuat sesuatu disebut sebagai kursi, bukan sebuah kursi individual.
Makna Konotatif
Makna konotatif merupakan nilai komunikatif dari suatu ungkapan menurut apa yang diacu, melebihi diatas isinya yang murni dan konseptual. Misalnya : 'Woman', secara konseptual dapat terdefinisikan melalui tiga sifat. Manusia, perempuan dan dewasa (+Human, -Male, +Adult). Akan tetapi makna kata 'Woman' jika diperluas maknanya maka dapat diasumsikan bahwa 'Woman' mempunyai sifat tambahan yang tidak masuk kedalam kriteria dari makna konseptual tetapi dapat menjadi acuan dalam mendeskripsikan lebih luas lagi. Misalnya menggunakan parameter sifat fisik (berkaki dua, memiliki rahim), berdasarkan sifat psikis dan sosial (suka berteman, memiliki naluri keibuan), diperluas dengan sifat tipikal yang belum tentu mutlak (pandai bicara, pandai memasak, memakai rok atau gaun), dapat diasumsikan juga dengan sifat ‘putatif’, yang acuannya disebabkan oleh pandangan yang diterima oleh individu atau sekelompok ataupun seluruh anggota masyarakat (lemah, gampang menangis, penakut, emosional, tidak rasional, tidak konstan, lembut, mudah menaruh simpati, suka kerja keras), sehingga makna konotatif bersumber dari pandangan individu, masyarakat, yang biasanya melekat pada suatu hal pada dunia nyata. Akan tetapi makna konotatif bukan merupakan hal yang spesifik dan mutlak. Contoh lain yang bisa diamati adalah ’Baby’, dapat dikonotasikan secara visual dengan mengilustrasikan foto bayi, rengekan/tangisan, tanpa menggunakan konteks kata.
Konteks Linguistis dan Nonlinguistis
Istilah referensi menyatakan relasi antara bahasa denga sesuatu yang bukan bahasa yang dimasukkan dalam bidang semantik. Sedangkan relasi antar unsur-unsur bahasa sendiri yang dikaitkan dengan dengan pengalaman seseorang biasanya disebut sebagai pengertian (sense). Sehingga terdapat dua macam relasi yaitu: relasi antara bahasa dengan dunia pengalaman (referensi/makna) dan relasi antar unsur-unsur bahasa (pengertian/sense)
Konteks Nonlinguistis
Konteks linguistis mencangkup dua hal yaitu: (1) hubungan antara kata dengan barang/hal dan (2) hubungan antara bahasa dan masyarakat (konteks sosial). Menurut Firth (linguis Inggris), konteks sosial mencangkup:
Ciri-ciri relevan dari partisipan: orang-orang atau pribadi-pribadi yang terlibat dalam kegiatan berbicara. Ciri-ciri tersebut dapat berwujud: aksi verbal partisipan dan aksi non verbal partisipan.
Objek-objek yang relevan: pokok pembicaraan juga akan mempengaruhi bahasa para partisipan.
Efek dari aksi verbal: efek yang diharapkan oleh partisipan juga akan mempengaruhi pilihan kata.
Konteks Linguistis
Konteks linguistis adalah hubungan antara unsur bahasa yang satu dengan unsur bahasa yang lain. Konteks linguistis mencangkup konteks hubungan antara kata dengan kalata dalam frasa atau kalimat, hubungan antar frasa dalam sebuah kalimat atau wacana, dan juga hubungan antar kalimat dalam wacana. Dalam berbicara konteks maka diperlukan kolokasi. Kolokasi (collocation) adalah lingkungan leksikal dimana sebuah kata dapat muncul. Contoh: gelap berkolokasi dengan malam.
1.4 Struktur Leksikal
Yang dimaksud struktur leksikal adalah bermacam-macam relasi semantik yang terdapat pada kata. Hubungan antarkata tersebut dapat berupa: sinonimi, polisemi, homonimi, hiponimi, dan antonimi. Kelima relasi makna tersebut dapat dikelompokkan atas:
1. relasi antara bentuk dan makna yang melibatkan sinonimi dan polisemi; (a) sinonimi: lebih dari satu bentuk bertalian denga satu makna. (b) polisemi: bentuk yang sama memiliki lebih dari satu makna.
2. relasi antara dua makna yang melibatkan hiponimi dan antonimi;
(1) hiponimi: cakupan-cakupan makna dalam sebuah makna yang lain.
(2) antonimi: posisi sebuah makna diluar sebuah makna yang lain.
relasi antara dua bentuk yang melibatkan homonimi, yaitu satu bentuk mengacu pada dua referen yang berlainan.
Sinonimi (syn = sama, onoma = nama)
adalah (1) telaah mengenai bermacam-macam kata yang memiliki makna yang sama; (2) keadaan dimana dua kata atau lebih memiliki makna yang sama.
Kesinoniman kata dapat diukur dari: (1) kedua kata harus saling bertukar dalam semua konteks (sinonim total), (2) kedua kata itu memiliki identitas makna kognitif dan emotif yang sama (sinonim komplit), sehingga pada kriteria tersebut terdapat empat macam (1) sinonim total dan komplet, yang jarang ada, dan dijadikan landasan untuk menolak adanya sinonim (2) sinonim yang tidak total tapi komplet (3) sinonim yang total tetapi tidak komplet (4) sinonim yang tidak total dan tidak komplit. Sinonim terjadi karena adanya proses serapan (borrowing) contoh: prestasi, produksi dll. Faktor lain yang menyebabkan kesinoniman adalah emotif (nila rasa) dan evaluatif. Makna kognitif dari kata-kata yang bersinonim itu tetap sama, hanya nilai evaluatif dan emotifnya yang berbeda. Contoh: ekonomis-hemat-irit, dara-gadis-perawan, dsb.
Polisemi dan Homonimi
Polisemi (poly = banyak, sema = tanda) merupakan satu bentuk yang mempunyai beberapa makna. Sedangkan homonimi merupakan dua kata atau lebih tetapi memiliki bentuk yang sama.
Hiponimi
Hiponimi: merupakan semacam relasi antar kata yang berwujud atas-bawah atau di dalam suatu makna terkandung sejumlah komponen yang lain. Kelas atas disebut superordinat, sedangkan kelas bawah disebut hiponim. Contoh: bunga merupakan superordinat dan hiponimnya adalah mawar, melati, sedap malam,flamboyan, dll.
Antonimi adalah makna satuan lingual yang berlawanan, disebut juga dengan istilah oposisi. Berdasarkan sifatnya, oposisi makna dapat dibedakan menjadi enam macam, yaitu:
1. oposisi kembar: oposisi yang mencangkup dua anggota (ciri utama: terjadinya penyangkalan yang satu berarti penegasan terhadap anggota yang lain, penegasan terhadap yang satu berarti penyangkalan terhadap yang lain). Contoh: laki-laki-wanita, anak itu laki-laki=anak itu bukan wanita, anak itu bukan laki-laki=anak itu wanita.
2. oposisi majemuk: oposisi yang mencangkup suatu perangkat yang terdiri dari dua kata. Contoh: logam, species binatang, warna dsb.ciri utama: penegasan terhadap suatu anggota akan menyangkup penyangkalan atas tiap anggota lainnya secara terpisah, tetapi penyangkalan terhadap suatu anggota akan mencakup penegasan mengenaikemungkinan dari semua anggota lain. Contoh: ’baju itu tidak hijau’ berarti baju itu bisa merah, putih dll.
3. oposisi gradual: merupakan penyimpangan oposisi kembar yaitu antara dua istilah yang berlawanan masih terdapat sejumlah tingkatan ’antara’. Contoh: antara besar dan kecil, tinggi dan pendek. Ciri utama:penyangkalan terhadap yang satu mencakup penegasan terhadap yang lain, walaupun penegasan terhadap yang satu mencakup penyangkalan terhadap yang lain. Misalnya: ’rumah kami tidak besar’, tidak mencakup pengertian ’rumah kami kecil’. Walaupun ’rumah kami besar’ mencakup pengertian ’rumah kami tidak kecil’.
4. oposisi relasional (kebalikan): merupakn oposisi antara dua kata yang mengandung relasi kebalikan. Contoh: orang tua-anak, suami-istri, utara-selatan,timur-barat, dll. Dalam kalimat: Ali menjualseekor sapi pada Tono- Tono membeli seekor sapi dari Ali.
5. oposisi hirarkis: oposisi yang terjadi karena tiap istilah menduduki derajat yang berlainan. Oposisi ini sebenarnya sama dengan oposisi majemuk, namun terdapat suatu kriteria tambahan yaitu tingkat. Termasuk perangkat ukuran, penanggalan. Misalnya: inci-kaki-yard.
6. oposisi inversi: oposisi yang terdapat pada pasangan kata seperti: beberapa-semua, mungkin-wajib, boleh-harus. Pengujian utama mengenai oposisi inversi mengikuti kaidah sinonim mencakup: (a) penggantian suatuistilah dengan yang lain, dan (b) mengubah posisi suatu penyangkalan dalam kaitan dengan istilah yang berlawanan. Misalnya: ’Beberapa negara tidak memiliki pantai, sinonim dengan: tidak semua negara memiliki pantai.
Kalimat adalah satuan bahasa yang sangat penting dalam menyampaikan gagasan dan merupakan sarana penyampai gagasan yang lengkap dan utuh.
Untuk menyusun kalimat efektif perlu memperhatikan :
- Kekompakkan dan kesatuan
- Kehematan
- Kevariasian
- Kesejajaran
- Penekanan
Paragraf adalah suatu tulisan karya ilmiah atau karangan dalam sebuah kalimat dimana penulisannya diawali dengan baris baru. biasanya dalam sebuah tulisan atau kalimat paragraf dibuat agak masuk kedalam dengan beberapa ketukan spasi dengan tujuan dapat memberikan gagasan atau ide-ide dari penulis.
Demikian pula pada penulisan paragraf selanjutnya dapat diikuti seperti paragraf pertama atau paragraf diatas.
Fungsi Paragraf
Dalam penulisan paragraf memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
- Paragraf dalam sebuah kalimat dapat menjadi pengantar sebuah ide-ide, isi kalimat dan kalimat penutup pada tulisan yang dibuat oleh penulis.
- Mencurahkan suatu perasan dan pemikiran penulis dalam sebuah karya atau kalimat dalam bentuk tulisan yang dibuat secara logis dan dapat diterima oleh pembaca.
- Paragraf tak hanya mencurahkan segala sesuatu tentang pemikiran dan perasan, tetapi paragraf juga dapat membantu pembaca untuk memahami segala sesuatu mengenai isi dan topik dalam sebuah tulisan.
- Dalam penulisan paragraf dapat memudahkan penulis untuk menyusun segala sesuatu mengenai isi pemikiran sang penulis.
- Dapat membantu penulis dalam mengembangkan gagasan-gagasan atau ide dari segala sesuatu yang berhubungan dengan topik yang ingin ditulis oleh penulis menjadi sebuah karya tulis yang akan dibuat.
Ciri-Ciri Paragraf
Selain memiliki fungsi, paragraf juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- Pada kalimat pertama atau utama paragraf harus masuk agak kedalam dengan beberapa ketukan spasi. Ketukan spasi dalam paragraf sekitar lima ketukan, biasanya ketukan lima spasi ini digunakan untuk jenis kalimat atau karangan yang biasa.
- Paragraf biasanya digunakan sebagai pikiran utama dalam sebuah kalimat atau topik yang telah ditentukan oleh penulis.
- Kalimat topik dan kalimat pengembang dalam paragraf memiliki fungsi dalam penulisan dimana fungsi tersebut dapat menjelaskan atau menerangkan pikiran utama dari penulis dalam menuliskan sebuah karya atau karangan dalam sebuah kalimat topik.
- Selain itu pada poin keempat paragraf juga memakai sebuah kalimat penjelas dalam tulisan dimana kalimat penjelas tersebut berisikan tentang kedetailan dari kalimat topik. Paragraf memang bukan kumpulan dari kalimat topik, tetapi paragraf disini berisi beberapa kalimat penjelas dan hanya satu kalimat topik.
Jenis Jenis Paragraf
Berikut ada beberapa jenis paragraf berdasarkan isi dan letak kalimat pokok :
Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Pokok Dan Contohnya:
- Paragraf Deduktif
Paragraf ini adalah ditandai oleh suatu kalimat atau paragraf yang terletak di awal paragraf. Contohnya : membaca memang penting dalam menguasai berbagai ilmu pengetahuan. Seseorang yang ingin memiliki pengetahuan dibidang kesehatan, cukup membaca buku-buku terkait dalam bidang kesehatan.
Ingin memiliki kemampuan dibidang ilmu komunikasi, cukup mempelajari buku-buku ilmu komunikasi. Sama seperti halnya mengenai ilmu pengetahuan lainnya, hanya cukup membaca buku-buku pengetahuan berdasarkan bidang anda pilih.
- Paragraf Induktif
Paragraf ini adalah sebuah kalimat atau paragraf dimana ide pokoknya berada di akhir paragraf.
Contohnya: seseorang yang ingin memiliki pengetahuan di bidang kesehatan, hanya cukup membaca buku-buku tentang kesehatan. Jika ingin memiliki kemampuan dibidang ilmu komunikasi cukup membaca buku-buku terkait bidang ilmu komunikasi. Sama halnya dengan ilmu pengetahuan lain. Jadi membaca memang penting dalam menguasai berbagai ilmu pengetahuan.
- Paragraf Campuran
Paragraf ini adalah suatu kalimat atau paragraf yang dicampur antara paragraf awal dan paragraf akhir.
Contohnya : membaca memang penting dalam menguasai berbagai ilmu pengetahuan. Seseorang yang ingin memiliki pengetahuan dibidang kesehatan, cukup membaca buku terkait dalam bidang kesehatan. Ingin memiliki kemampuan dibidang ilmu komunikasi, cukup mempelajari buku-buku ilmu komunikasi.
Sama halnya mengenai ilmu pengetahuan lainnya hanya cukup membaca buku-buku pengetahuan berdasarkan bidang yang di pilih. Sekali lagi membaca memang penting dalam menguasai berbagai ilmu pengetahuan.
- Paragraf Narasi
Dalam jenis paragraf ini tidak memiliki kalimat ide pokok maupun kalimat yang dijelaskan, karena semua kalimat pada paragraf ini dianggap semuanya penting.
Contohnya : seseorang yang ingin memiliki pengetahuan dibidang kesehatan, cukup membaca buku-buku terkait dalam bidang kesehatan. Ingin memiliki kemampuan dibidang ilmu ilmu komunikasi, hanya cukup membaca buku tentang ilmu komunikasi. Sama halnya dengan ilmu pengetahuan lainnya cukup membaca buku-buku yang terkait dengan ilmu yang dipelajari.
Paragraf Berdasarkan Yang Ditinjau Dari Isinya Beserta Contohnya Dibedakan Sebagai Berikut :
- Paragraf Eksposisi
Paragraf ini adalah suatu kalimat yang memaparkan sebuah isi paragraf terhadap suatu masalah atau sebuah peristiwa.
Contohnya: kegiatan dalam merayakan ulang tahun TNI ke 72 tanggal 5 Oktober 2017 di lapangan blang padang banda aceh. Semua warga banda aceh turut hadir menyaksikan serangkaian acara ulang tahun TNI ke 72 dengan berbagai ragam acara seperti : Drumband, Tari Saman dan acara lainnya.
- Paragraf Deskripsi
Paragraf ini adalah suatu kalimat yang memaparkan isi gambaran pada suatu keadaan atau sebuah peristiwa yang bentuk tulisan sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar dan merasakan serta mengalami peristiwa tersebut.
Contohnya: saat brownis coklat buatan ibuku dihidangkan untukku, wangi brownis coklatnya langsung tercium enak oleh hidungku. Saat aku mencoba memakannya, bentuk dan rasa manisnya langsung membuat lidahku bergoyang. Sungguh, ibuku sangat pandai sekali membuat brownis coklat ini.
- Paragraf Persuasi
Paragraf ini adalah sebuah kalimat atau paragraf dimana isinya dapat mempengaruhi atau membujuk pembaca untuk memperoleh pendapat dan gagasan yang sama dengan penulis.
Contohnya: membaca memang merupakan faktor penting dalam menguasai berbagai ilmu pengetahuan. sebab seseorang tak memiliki niat untuk membaca pasti tidak banyak memiliki tingkat pengetahuan. Karena ilmu pengetahuan biasanya bersumber dari buku. Misalnya anak yang pandai dalam pelajaran, biasanya dia akan menjadi kutu buku. Bagi siapa saja yang tidak memiliki niat untuk membaca pasti pengetahuannya tidak luas dan terbatas. Oleh karena itu membaca menjadi hal yang penting dan biasakanlah membaca buku.
- Paragraf Argumentasi
Paragraf ini adalah suatu kalimat paragraf dimana isinya dapat menyakinkan pembaca sehingga memperoleh dan menerima gagasan dalam sebuah karya yang ditulis oleh penulis.
Contohnya: membaca memang merupakan faktor penting dalam menguasai berbagai ilmu pengetahuan. Seorang penasihat hukum pasti selalu membaca buku-buku yang terkait dengan hukum, sebab jika tidak membaca buku hukum pasti ia akan merasa kesulitan dan tidak tahu apa saja pasal-pasal yang tertera dibuku hukum. Seorang mahasiswa, tidak mau membaca buku maka akan mengalami kesulitan dalam menjawab soal-soal dari dosen.
- Paragraf Narasi
Paragraf ini adalah suatu kalimat paragraf dimana isinya menceritakan suatu peristiwa atau sebuah masalah, sehingga membuat pembaca menjadi tehibur atau terharu.
Contohnya: beberapa hari yang lalu kami pergi ke sebuah pusat wisata yang berada di Jakarta. Kami pergi dengan 2 mobil pribadi. Mobil kami melaju cukup cepat secara beriringan dengan mobil lainnya. Perjalanan menjadi sangat menyenangkan, semua orang tampak gembira. Cahaya sinar matahari menyinari kami sehingga membuat pemandangan dari dalam kacamata mobil cukup indah.
Sumber : salamadian.com